The Great Camp of Tambora - Nyasar Di Tengah Kampung



     Kopi yang disuguhkan sudah hampir habis. Matahari semakin siang,  sudah semakin panas, pergerakan tim the great camp of Tambora pun belum ada kejelasan. 

     Bang Kapten yang sepertinya sudah tidak sabaran lagi, selalu menanyakan "Dimana sudah posis Goroh dan Teman-teman?. Coba telpon dulu".

     Gag diangkat bang, mungkin mereka sudah mulai bergerak kayaknya bang. Diatas motor, jadi gag dengar bunyi hp", jawab saya.

     Ya sudah. Kalau begitu, kita juga jalan ne, biar pelan-pelan saja, sambil menunggu mereka dijalan", Pungkas bang Kapten.

     Ayo dah klo begitu bang. Panas juga ini, makin kita tunggu, ntar makin panas lagi bang", jawab saya. Sementara bang Adi, hanya diam-diam saja. Mungkin dalam hati beliau mengatakan, "ah...!!! Manut aja, yang penting tetap sampai puncak Tambora...!!!" (Hehehehe. Maaf ya bang adi🙏🙏🙏)

     Pukul 10.13 wita, mulai berpamitan sama mertua dan istri saya. Begitupun Bang Kapten dan Bang adi, ikut juga salam-salaman sama mertua sambil meminta doa restu biar perjalanan aman.

     Motor sudah dibunyikan, gas pun mulai ditarik perlahan. Saya yang diboncengi Bang Kapten dengan motor semi trailnya mulai berpamitan dengan suara yang agak sedikit ditinggikan "Kami jalan dulu ya pak, ya bu....", Sambil melambaikan tangan ke arah Bapak dan ibu serta istri yang berdiri diteras rumah.


     Menyusuri jalan lintas utara Kabupaten Bima, yang penuh dengan kelokan dan beberapa jalur pendakian yang sedikit ekstrim membuat Bang Kapten berhati-hati dalam berkendaraan. Sesekali saya mengajak Bang Kapten untuk ngobrol biar Bang Kapten tidak terlalu ngebut-ngebut membawa motornya. Maklum, motornya bang Kapten agak semi trail, jadi makin ditarik gas motornya, bunyinya pun makin enak. Seolah menyuruh bang kapten untuk makin tarik gasnya biar makin ngebut.

     Tak terasa setelah melewati beberapa kelokan dan menikmati view sepanjang jalur Pantura yang begitu bagus, kamipun tiba di Kampung Sampungu tepat pukul 12.03 wita.

     Di Kampung Sampungu ini, kami sengaja berlama-lama sambil menunggu Tim The Great Camp of Tambora. Kebetulan disini ada keluarganya bang kapten dan salah satu anggota Mapala Sympel Ibnu Jazirah Muhammadiyah Bima, Ramon namanya. Disini pun, kami menikmati secangkir kopi dan beberapa makanan ringan sambil ngobrol-ngobrol ringan hanya untuk melepas rasa capek dan panasnya jalur Pantura Kabupaten Bima dan yang lainnya melaksanakan shalat di masjid Sampungu.

     Setelah bersantai ria dan larut dalam obrolan yang melucu, Tim the great camp of Tambora pun melanjutkan perjalanan dengan tujuan akhir yaitu Mata Air Oi Tampuro, sebagai lokasi meet up untuk mempersiapkan segala macam keperluan pendakian. Dalam perjalanan menuju Mata Air Oi Tampuro, sesekali tim beristirahat karena jalurnya yang begitu panjang. 

     Nah, dalam perjalanan ini, Saya, Bang Kapten dan Bang Adi sempat nyasar. Jauh sekali malah nyasarnya. Sampai-sampai pos jaga untuk registrasi saja tidak sempat dilihat, padahal pos itu berada dipinggir jalan. Pada awalnya saya sudah memberitahukan kepad bang Kapten, sambil tunjuk "Itu Mata Air Oi Tampuro, bang". Bang Kapten yang entah dengar atau tidak, dia malah gas terus. Kebetulan yang paling depan adalah bang adi. Jadi saya mikirnya bang kapten sedang mengejar Bang adi untuk memberitahu kalau kita sudah lewat dari lokasi mata air oi tampuro. Bang Adi yang di depan makin ngebut, bang Kapten juga yang susul malah makin ngebut. Hingga sampai melewati Perkebunan minyak kayu putih tembus sampai turunan yang dekat sama bibir pantai. Disitu bang adi sudah mulai melambat dan berhenti. Sementara Bang Kapten juga ikut berhenti. Nah, untung juga saya merasakan pengen buang air kecil. Disela-sela buang air kecil, saya bilang "Kok ngebut sekali cewek-cewek itu yang bawa motor ya bang. Padahal kita ngebut, tapi gag dapat mereka". Bang Kapten langsung nyambung, "Ai, itu oi tampuro dimana?".

"Lah, abang juga gag tau, dimana oi tampuro itu??", Jawab saya.

Bukannya tadi yang kita lewat itu kah, bang?? Saya sempat melihat ada beberapa motor disitu tadi, bang", sambung saya. 

"Ai, kita balik lagi kalau begitu. Ini sudah jauh sekali kita jalan, kata bang Kapten".

     Alhasil, balik lagi menuju tempat yang sempat saya tunjukin tetapi bang Kapten tidak mendengarnya. Di jalan balik itu, baru kami dapat melihat pos jaga pendakian dan merasa kaget. Karena pas jalan tadi, posnya tidak kelihatan. 

     Hingga sampai di mata air oi tampuro, baru menceritakan kembali tentang yang saya tunjuk dan mereka juga melihat kalau saya tunjuk ke lokasi oi tampuro yang dilewati tadi.


     Dislokasi meet up ini, sebagian mulai mandi, ada yang ngopi-ngopi, ada yang menyibukkan diri dengan mengatur-ngatur perlengkapan pribadinya. Sementara saya langsung bertemu sama Pengelola tempat wisata Mata Air Oi Tampuro ini. Kebetulan pengelolanya ada junior saya di Mapala Londa. Agus namanya.

Komentar